Minggu, 01 Juli 2012


Penonton Film Soegija memenuhi bioskop Ciputra World XXI pada hari Senin (11/6)

Film Soegija hingga berita ini ditulis pada tanggal 26 Juni 2012 masih ditayangkan di beberapa bioskop Surabaya. Animo penonton sungguh luar biasa. Berdasar pemantauan penulis pada pemutaran perdana film tersebut tanggal 7 Juni 2012, tiket film Soegija di bioskop-bioskop Surabaya sudah ludes terjual bahkan tiket telah terjual hingga tanggal 16 Juni 2012. 

Ketika diadakan acara press conference dan meet and greet serta nonton bareng pemeran dan sutradara Film Soegija pada hari Senin pukul 15.30 WIB (11/6) di Ciputra World XXI, gedung bioskop Studio I dan IV Ciputra World XXI tinggal menyisakan tiga deret bangku dari layar. Saat itu, Wakil Gubernur Propinsi Jawa Timur Syaifullah Yusuf ikut nonton Film Soegija.

Situs filmindonesia.or.id mencatat perolehan jumlah penonton film Soegija hingga tanggal 26 Juni 2012 sebesar 370.873 orang. Sedangkan di situs Blitzmegaplex tercatat film Soegija masuk dalam kategori film box office Indonesia dengan jumlah penonton 19.022 orang.

Ternyata sosok kepemimpinan Mgr Soegijapranata SJ yang ada dalam diri film Soegija menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Indonesia. Film yang semula sempat diguncang isu film kristenisasi ini bercerita tentang pluralisme, kepemimpin dan situasi bangsa Indonesia saat ini.

Dalam film ini bercerita tentang sosok kepemimpinan Soegija (Mgr Soegijapranata SJ) dengan “silent diplomacy” serta prinsip kebangsaan dan kemanusiaan. Soegija melakukan panduan nilai kepemimpinan lewat kunjungan warga, khotbah, dan tulisan-tulisan, antara lain, “Apa artinya menjadi bangsa merdeka jika kita gagal mendidik diri kita sendiri”.

Pesan lainnya yang terdapat dalam film ini tentang kepemimpinan diserukan oleh Soegija kepada Lantip (pejuang kemerdekaan dalam film Soegija), “Kalau mau jadi politikus, harus punya mental politik, jika tidak punya maka politikus hanya jadi kekuasaan dan benalu negara”.

Kepemimpinan zaman sekarang hendaknya seperti kepemimpinan era kemerdekaan yakni kepemimpinan berbagai agama dan kepercayaan. “Film ini sangat bagus dimana sosok kepemimpinan Mgr Soegijapranata SJ mampu merangkul semua golongan, agama, suku dan bangsa. Semangat pluralisme yang dijalankannya dalam melayani umatnya” kata Romo Ignatius Suparno CM ketika ditemui seusai nonton film Soegija pada hari Jumat (8/6/2012).

Lain lagi dengan pendapat yang disampaikan oleh Tri Soetrisno. “Film ini dikemas secara sederhana tapi pesan yang disampaikan bagus dimana kepemimpinan yang dilakukan oleh Uskup itu mampu merangkul semua rakyat Indonesia bukan hanya umat Katolik saja” ujar penonton dari Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya itu ketika ditemui seusai nonton film Soegija hari Jumat (8/6/2012).

Kepemimpinan dan nilai-nilai yang diyakini oleh Mgr Soegijapranata SJ ternyata sangat relevan dengan kondisi sekarang meski dalam perspektif berbeda. Keprihatinannya ditulis dengan kata-kata, “Masih banyak fatalsisme, egoisme, chauvinisme, dan fanatisme yang menggangu kehidupan masyarakat” serta kegundahannya, “Apa artinya menjadi merdeka tanpa bisa mendidik diri sendiri?”.

Press Conference Pemeran, sutradara, dan penata musik Film Soegija pada hari Senin (11/6)
Ditemui seusai acara press conference pada hari Senin (11/6/2012), Garin Nugroho (sutradara film Soegija) mengatakan, film ini dibuat untuk menginspirasi kepemimpinan lintas agama, multikultur, dan kemanusiaan. Nasionalisme yang humanisme diambil untuk diceritakan dalam film ini karena ingin menyadarkan pemimpin-pemimpin politikus, agama maupun pemimpin lainnya. “tak hanya pemimpin-pemimpin itu saja, tapi juga kepada calon-calon pemimpin yang nantinya akan memimpin bangsa Indonesia” imbuhnya. Sindiran-sindiran itulah yang perlu disampaikan agar pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia di masa mendatang bisa memimpin bangsa Indonesia dengan baik.

Uskup Surabaya Mgr Sutikno Wisaksono (kiri) bersama Wagub Jatim Syaifullah Yusuf (tengah) dan Wawali Surabaya Bambang Dwi Hartono (kanan) saat Meet and Greet pemeran Film Soegija pada hari Senin (11/6)
Berpendapat mengenai film tersebut, Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf ketika ditemui seusai nonton film Soegija hari Senin (11/6/2012) di Ciputra World XXI mengatakan, film ini bagus karena menggambarkan banyak pesan yakni kemanusiaan, toleransi, dan 100% Katolik 100% Indonesia. Dengan adanya film ini semoga lahir sosok pemimpin-pemimpin yang multikultur dan kemanusiaan.

(Ric)

Apa itu Kongres Ekaristi ?


Pada hari Jumat-Minggu, 22-24 Juni 2012 Keuskupan Surabaya mengadakan acara Kongres Ekaristi 2012. Kongres tersebut baru pertama kali diadakan oleh Keuskupan Surabaya. Pesertanya adalah seksi liturgi dari seluruh Paroki Keuskupan Surabaya, Pastor-Pastor Paroki Keuskupan Surabaya, biarawan/biarawati, katekis, misdinar dan pendampingnya. Tak hanya Keuskupan Surabaya, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta juga mengadakan Kongres Ekaristi.


Tema Kongres Ekaristi Keuskupan Surabaya 2012: “Ekaristi: Persekutuan Dengan Kristus Dalam Perutusan Gereja”  mempunyai tujuan mempromosikan kesadaran akan peran sentral Ekaristi dalam hidup dan perutusan Gereja, mengembangkan kualitas pemahaman dan praktek pelayanan liturgis, mengantar remaja Katolik ke dalam persekutuan yang ekaristis dengan Kristus.

Tahukah kamu apa itu Kongres Ekaristi ? Kongres Ekaristi adalah peristiwa iman Gereja yang menempatkan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup umat. Kongres Ekaristi menjadi momentum atau saat seluruh umat beriman menimba kekayaan rohani dari kehadiran Tuhan dalam Ekaristi bagi hidup dan perutusan di tengah dunia menuju kepenuhan keselamatan. 

Yang menarik dari sejarahnya, Kongres Ekaristi pertama kali dimotori oleh peran awam (Marie Marthe Tamsier – Perancis) yang tentu saja didukung oleh hirarki. Gagasan awal diadakannya Kongres Ekaristi ialah agar penghormatan kepada Sakramen Mahakudus dapat dilaksanakan secara meriah dan umum. 

Kini, Kongres Ekaristi telah menjadi sebuah perhelatan besar, berskala internasional dan resmi. Pada bulan Juni 2012 akan diadakan Kongres Ekaristi Internasional di Dublin, Irlandia, persis pada penyelenggaraan ke-50, dengan tema: The Eucharist: Communion with Christ and with one another, yakni sebuah tema yang diambil dari Lumen Gentium 7, sekaligus memperingati 50 tahun pembukaan Sidang Konsili Vatikan II (tepatnya: Oktober 1962 -2012). Kongres Ekaristi, sesuai namanya: con + gressus (=melangkah bersama), dapat menjadi kesempatan seluruh umat beriman untuk maju dan melangkah bersama menjalankan perutusan di tengah masyarakat melalui kekuatan yang ditimba dari dan berpusat pada Ekaristi.
(richard)