Dari Kanan, Prof Anita Lie, Romo Mintara SJ, DR Takim Andriono saat acara bedah buku Jalan Sang Guru hari Sabtu (28/4/2012) di Balai Paroki Santa Maria Tak Bercela Surabaya. (Fotografer : Richard) |
Menjadi Guru itu bermakna dan mulia. Sebab guru sebagai messager (pemberi pesan), provider (pemelihara), dan builder (pembangun). Itulah yang menjadi
diskusi bedah buku Jalan Sang Guru. Acara itu diadakan pada hari Sabtu pagi (28/4/2012)
di Balai Paroki Santa Maria Tak Bercela Surabaya.
Bekerjasama dengan Penerbit OBOR Jakarta, SMAK Santo Hendrikus Surabaya
mengundang pembicara Romo Agustinus Mintara Sufiyanta, SJ (Penulis buku Jalan
Sang Guru) dan Prof Anita Lie, Ed.D. (konsultan pendidikan). Mereka membedah
buku Jalan Sang Guru dalam rangka hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei. Buku
itu berisikan kisah perjalanan guru yang bermakna dan mulia.
Romo Agustinus Mintara Sufiyanta, SJ berkata, yang menjadi dasar
penulisan buku Jalan Sang Guru adalah kisah perjalanan hidup guru SMAK Santo
Hendrikus Surabaya. “Benang merahnya dalam buku ini adalah guru sebagai
panggilan sekaligus perjalanan hidup bersama kita maka saya beri judul Jalan
Sang Guru. Jalan sang guru bukan hanya jalan guru dengan kita saja melainkan
dengan Sang Guru Yesus maka guru-guru kristiani diharapkan dapat juga berjalan
bersama Sang Guru yakni Yesus” imbuhnya. Lanjutnya, sejauh ini jalan bersama
Sang Guru ada yang sudah berjalan bahkan ada yang belum. Hal itu didasari oleh
aspek kemanusiaan dan humanisme.
“Guru tidak hanya mengajar sekedar memberikan pengetahuan saja tapi
mengajar dengan penuh cinta.” kata Romo Mintara, SJ dalam acara bedah buku
Jalan Sang Guru. Itulah bentuk jalan guru bersama Sang Guru Yesus.
Menurut Romo Mintara SJ, guru harus mempunyai kedalaman diri dalam
mengajar agar panggilan guru bermakna dan mulia. Guru dapat memotivasi,
menginspirasi dan menghayati kehidupan kepada muridnya.
Prof Anita Lie, Ed.D menambahkan, guru harus bisa menekuni jalannya
dengan cara guru harus tahu bahwa panggilannya itu bukan sekedar mencari
nafkah. “Di Indonesia saat ini masih banyak guru yang belum menghayati
panggilannya” kata Anita Lie yang ditemui oleh Jubelium seusai acara bedah buku itu.
Seorang guru yang ideal dalam dunia pendidikan, ungkap Anita Lie, yaitu
sebagai pemberi pesan perdamaian dan pengetahuan, provider, dan builder.
“Messager yang baik adalah guru selalu mengajar dan mendidik tanpa disertai
marah terus-terusan. Marah boleh saja tapi jangan terus-terusan” jelasnya.
Anita Lie juga mengungkapkan, dalam perjalanannya sebagai guru, guru
akan menemukan proses penemuan dirinya dalam bidang studi, dalam muridnya,
maupun dengan Tuhan. “Guru harus membuat murid itu cinta kepada bidang studi
yang diajarkannya dan mengajar dengan asyik.”
Oleh karena itu, Romo Mintara, SJ meminta kepada orang tua untuk
membantu dan menghargai kehidupan guru. “Sebab guru telah membantu kehidupan
anak anda.” ungkap Romo Mintara, SJ ketika ditemui oleh Jubelium sebelum acara bedah buku Jalan Sang Guru dimulai.
Romo yang bertugas sebagai instruktur Kursus Kepemimpinan Sekolah itu
mengungkapkan, belum ada profesi lain yang dapat dikenang oleh murid-murid
dalam hidupnya. “Murid-murid selalu mengenang guru yang telah mengajarkannya
kehidupan maupun pengetahuan bukan profesi lain seperti manajer, direktur,
pimpinan perusahaan” kata Romo yang pernah bertugas menjadi Kepala SMP Kanisius
Jakarta tahun 2009-2011 tersebut.
Romo Mintara, SJ berpendapat bahwa kehidupan dan kesejahteraan guru
perlu diperhatikan oleh para Uskup, Pastor, Suster maupun Frater yang konsen
dalam bidang pendidikan. Di tangan guru, kaum muda sebagai masa depan gereja ditanamkan
benih-benih kehidupan seperti sharing of
life, sharing of love selain bekal ilmu pengetahuan. “Masa depan gereja
dipertaruhkan jika Uskup, Pastor, Suster dan Frater maupun guru kurang konsen dalam
mengembangkan dunia pendidikan” tegasnya.
Dalam sambutannya, Romo YPH Jelantik mengatakan, bedah buku ini bukan menjadi
suatu kebanggaan tetapi mengilhami panggilan guru. Guru sebagai pilar umat
Allah, guru sebagai panggilan hidup bukan sekedar panggilan profesi saja. Dari
sebab itu, Perwakilan dari Majelis Pendidikan Katolik Suster Yosefa, S.SpS.
mengharapkan, bedah buku ini menjadi peristiwa penting dalam bidang pendidikan.
(Richard)
0 komentar:
Posting Komentar