Rabu, 03 Oktober 2012

Tips Wisata Rohani Ke Gua Maria Puhsarang Dengan Angkutan

GUA MARIA LOURDES PUHSARANG, KEDIRI, JATIM. Richard/Photo
Siapa yang tak kenal dengan tempat wisata religi Gua Maria Lourdes Puhsarang, desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Kediri, Jawa Timur. Gua Maria tersebut selalu dipadati peziarah dari umat Katolik maupun non Katolik berbagai kota Indonesia maupun mancanegara khususnya saat misa jumat legi dan setiap hari minggu.

Akses menuju gua maria ini tidaklah terlalu sulit. Bus, minibus, mobil pribadi bisa masuk ke kawasan gua maria yang diresmikan oleh mantan Uskup Surabaya Johannes Hadiwikarta tersebut. Tapi para pembaca blog ini tak perlu khawatir menuju gua maria Lourdes Puhsarang tanpa kendaraan pribadi maupun bus pariwisata. Pembaca blog ini bisa memanfaatkan moda transportasi yang melintas di kawasan gua maria itu.

Berikut tips transportasi apa yang harus digunakan jika dari Surabaya menuju gua maria Lourdes Puhsarang yang akan saya berikan kepada pembaca blog ini :
Terminal Kediri. Sumber Foto(dadsax283.blogspot.com)
Terminal Kediri.   Sumber Foto bismania.com
  1. Dari rumah masing-masing bisa menggunakan angkutan kota yang menuju terminal Purabaya (Bungurasih) entah itu bus kota ataupun angkot jurusan Joyoboyo-Porong maupun jurusan apa saja. Uang yang perlu anda keluarkan sekitar Rp 4.000,00 sampai Rp 10.000,00 tergantung jarak tempuh anda dari rumah menuju terminal bungurasih.
  2. Dari terminal Purabaya (Bungurasih) gunakanlah bus patas AC maupun non AC jurusan Kediri, Trenggalek, Kertosono. Tarif Patas AC menuju terminal Kediri sekitar Rp 25.000,00 . Tarif Patas non AC / Ekonomi ke terminal Kediri sekitar Rp 15.000,00
  3. Mintalah kepada kondektur bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) yang anda naik itu turun di terminal Kediri. INGAT Jangan Turun Di Terminal LAMA KEDIRI Tapi Turun Di terminal Baru Kediri karena terminal lama sudah beralih fungsi menjadi tempat istirahat / mangkal truk-truk tronton dan trailer. Inilah gambar terminal Kediri
  4. Alternatif transportasi lainnya dari Surabaya bisa menggunakan Kereta Api Rapih Dhoho dari Stasiun Surabaya Kota, Stasiun Gubeng dan Stasiun Wonokromo. Ada banyak jadwal keberangkatan tapi jika ingin tiba di Gua Maria Puhsarang sekitar pkl 10.00 WIB bisa mengambil Jadwal keberangkatan pagi dari stasiun Surabaya Kota Pkl 04.00 WIB lalu turun di Stasiun Kediri.
  5. Dari Stasiun Kediri, anda jalan kaki sekitar 5-10 menit keluar dari jalanan Stasiun Kediri untuk naik angkutan kota berwarna kuning atau angkutan kota jenis colt menuju Terminal Kediri. Harganya bervariasi antara Rp 3.000,00 sampai Rp. 5.000,00. Waktu tempuhnya sekitar 1 jam karena lumayan jauh
  6. Sesampai di terminal Kediri anda langsung ditawarin bapak-bapak ojek. Begitu juga saat anda keluar dari pintu terminal Kediri pasti ditawarin ojek. Silahkan saja naik ojek tapi tawarlah hingga Rp 15.000,00 per orang . Biasanya para tukang ojek di kawasan terminal mematok tarif dari Rp 30.000,00 per orang sampai Rp 45.000,00 /orang untuk menuju tempat wisata rohani Gua Maria Lourdes Puhsarang.
  7. Alternatif transportasi lain dari terminal Kediri menuju tempat wisata rohani Gua Maria Lourdes Puhsarang bisa menggunakan angkutan desa yang beroperasi setiap hari sejak pukul 08.00 - pukul 15.00. Angkutan desa yang saya maksud jangan dibayangkan modelnya seperti angkot di Surabaya. Angkutan desa di sana adalah kendaraan jenis pick up yang diberi penutup di atas baknya seperti mobilnya Satpol PP di Surabaya Tarifnya lebih murah dari ojek sekitar Rp 3.000,00 per orang hingga Rp. 4.000,00 per orang.
  8. Untuk menggunakan transportasi angkutan desa, anda harus TEGAS menolak permintaan tukang ojek jika ditawarin naik ojek. Biasanya tukang-tukang ojek di kawasan terminal sering memaksa anda untuk naik ojek. Terkadang beberapa tukang ojek membuntuti kita dan terus agak memaksa naik ojek.
  9. Bersikaplah cuek lalu jalan menuju pintu keluar terminal Kediri kemudian belok kiri terus jalan kaki saja hingga toko semen tempat mangkalnya angkutan desa. Waktu yang ditempuh sekitar 5-10menit dari terminal Kediri. INGAT, UNTUK MENUJU TEMPAT MANGKAL ANGKUTAN DESA ANDA HARUS TEGAS MENOLAK TAWARAN TUKANG OJEK DAN BERSIKAP CUEK.
Begitulah tips yang bisa saya bagikan kepada para pembaca blog ini jika ingin berwisata rohani menuju Gua Maria Puhsarang tanpa kendaraan pribadi.  

Minggu, 01 Juli 2012


Penonton Film Soegija memenuhi bioskop Ciputra World XXI pada hari Senin (11/6)

Film Soegija hingga berita ini ditulis pada tanggal 26 Juni 2012 masih ditayangkan di beberapa bioskop Surabaya. Animo penonton sungguh luar biasa. Berdasar pemantauan penulis pada pemutaran perdana film tersebut tanggal 7 Juni 2012, tiket film Soegija di bioskop-bioskop Surabaya sudah ludes terjual bahkan tiket telah terjual hingga tanggal 16 Juni 2012. 

Ketika diadakan acara press conference dan meet and greet serta nonton bareng pemeran dan sutradara Film Soegija pada hari Senin pukul 15.30 WIB (11/6) di Ciputra World XXI, gedung bioskop Studio I dan IV Ciputra World XXI tinggal menyisakan tiga deret bangku dari layar. Saat itu, Wakil Gubernur Propinsi Jawa Timur Syaifullah Yusuf ikut nonton Film Soegija.

Situs filmindonesia.or.id mencatat perolehan jumlah penonton film Soegija hingga tanggal 26 Juni 2012 sebesar 370.873 orang. Sedangkan di situs Blitzmegaplex tercatat film Soegija masuk dalam kategori film box office Indonesia dengan jumlah penonton 19.022 orang.

Ternyata sosok kepemimpinan Mgr Soegijapranata SJ yang ada dalam diri film Soegija menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Indonesia. Film yang semula sempat diguncang isu film kristenisasi ini bercerita tentang pluralisme, kepemimpin dan situasi bangsa Indonesia saat ini.

Dalam film ini bercerita tentang sosok kepemimpinan Soegija (Mgr Soegijapranata SJ) dengan “silent diplomacy” serta prinsip kebangsaan dan kemanusiaan. Soegija melakukan panduan nilai kepemimpinan lewat kunjungan warga, khotbah, dan tulisan-tulisan, antara lain, “Apa artinya menjadi bangsa merdeka jika kita gagal mendidik diri kita sendiri”.

Pesan lainnya yang terdapat dalam film ini tentang kepemimpinan diserukan oleh Soegija kepada Lantip (pejuang kemerdekaan dalam film Soegija), “Kalau mau jadi politikus, harus punya mental politik, jika tidak punya maka politikus hanya jadi kekuasaan dan benalu negara”.

Kepemimpinan zaman sekarang hendaknya seperti kepemimpinan era kemerdekaan yakni kepemimpinan berbagai agama dan kepercayaan. “Film ini sangat bagus dimana sosok kepemimpinan Mgr Soegijapranata SJ mampu merangkul semua golongan, agama, suku dan bangsa. Semangat pluralisme yang dijalankannya dalam melayani umatnya” kata Romo Ignatius Suparno CM ketika ditemui seusai nonton film Soegija pada hari Jumat (8/6/2012).

Lain lagi dengan pendapat yang disampaikan oleh Tri Soetrisno. “Film ini dikemas secara sederhana tapi pesan yang disampaikan bagus dimana kepemimpinan yang dilakukan oleh Uskup itu mampu merangkul semua rakyat Indonesia bukan hanya umat Katolik saja” ujar penonton dari Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya itu ketika ditemui seusai nonton film Soegija hari Jumat (8/6/2012).

Kepemimpinan dan nilai-nilai yang diyakini oleh Mgr Soegijapranata SJ ternyata sangat relevan dengan kondisi sekarang meski dalam perspektif berbeda. Keprihatinannya ditulis dengan kata-kata, “Masih banyak fatalsisme, egoisme, chauvinisme, dan fanatisme yang menggangu kehidupan masyarakat” serta kegundahannya, “Apa artinya menjadi merdeka tanpa bisa mendidik diri sendiri?”.

Press Conference Pemeran, sutradara, dan penata musik Film Soegija pada hari Senin (11/6)
Ditemui seusai acara press conference pada hari Senin (11/6/2012), Garin Nugroho (sutradara film Soegija) mengatakan, film ini dibuat untuk menginspirasi kepemimpinan lintas agama, multikultur, dan kemanusiaan. Nasionalisme yang humanisme diambil untuk diceritakan dalam film ini karena ingin menyadarkan pemimpin-pemimpin politikus, agama maupun pemimpin lainnya. “tak hanya pemimpin-pemimpin itu saja, tapi juga kepada calon-calon pemimpin yang nantinya akan memimpin bangsa Indonesia” imbuhnya. Sindiran-sindiran itulah yang perlu disampaikan agar pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia di masa mendatang bisa memimpin bangsa Indonesia dengan baik.

Uskup Surabaya Mgr Sutikno Wisaksono (kiri) bersama Wagub Jatim Syaifullah Yusuf (tengah) dan Wawali Surabaya Bambang Dwi Hartono (kanan) saat Meet and Greet pemeran Film Soegija pada hari Senin (11/6)
Berpendapat mengenai film tersebut, Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf ketika ditemui seusai nonton film Soegija hari Senin (11/6/2012) di Ciputra World XXI mengatakan, film ini bagus karena menggambarkan banyak pesan yakni kemanusiaan, toleransi, dan 100% Katolik 100% Indonesia. Dengan adanya film ini semoga lahir sosok pemimpin-pemimpin yang multikultur dan kemanusiaan.

(Ric)

Apa itu Kongres Ekaristi ?


Pada hari Jumat-Minggu, 22-24 Juni 2012 Keuskupan Surabaya mengadakan acara Kongres Ekaristi 2012. Kongres tersebut baru pertama kali diadakan oleh Keuskupan Surabaya. Pesertanya adalah seksi liturgi dari seluruh Paroki Keuskupan Surabaya, Pastor-Pastor Paroki Keuskupan Surabaya, biarawan/biarawati, katekis, misdinar dan pendampingnya. Tak hanya Keuskupan Surabaya, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta juga mengadakan Kongres Ekaristi.


Tema Kongres Ekaristi Keuskupan Surabaya 2012: “Ekaristi: Persekutuan Dengan Kristus Dalam Perutusan Gereja”  mempunyai tujuan mempromosikan kesadaran akan peran sentral Ekaristi dalam hidup dan perutusan Gereja, mengembangkan kualitas pemahaman dan praktek pelayanan liturgis, mengantar remaja Katolik ke dalam persekutuan yang ekaristis dengan Kristus.

Tahukah kamu apa itu Kongres Ekaristi ? Kongres Ekaristi adalah peristiwa iman Gereja yang menempatkan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup umat. Kongres Ekaristi menjadi momentum atau saat seluruh umat beriman menimba kekayaan rohani dari kehadiran Tuhan dalam Ekaristi bagi hidup dan perutusan di tengah dunia menuju kepenuhan keselamatan. 

Yang menarik dari sejarahnya, Kongres Ekaristi pertama kali dimotori oleh peran awam (Marie Marthe Tamsier – Perancis) yang tentu saja didukung oleh hirarki. Gagasan awal diadakannya Kongres Ekaristi ialah agar penghormatan kepada Sakramen Mahakudus dapat dilaksanakan secara meriah dan umum. 

Kini, Kongres Ekaristi telah menjadi sebuah perhelatan besar, berskala internasional dan resmi. Pada bulan Juni 2012 akan diadakan Kongres Ekaristi Internasional di Dublin, Irlandia, persis pada penyelenggaraan ke-50, dengan tema: The Eucharist: Communion with Christ and with one another, yakni sebuah tema yang diambil dari Lumen Gentium 7, sekaligus memperingati 50 tahun pembukaan Sidang Konsili Vatikan II (tepatnya: Oktober 1962 -2012). Kongres Ekaristi, sesuai namanya: con + gressus (=melangkah bersama), dapat menjadi kesempatan seluruh umat beriman untuk maju dan melangkah bersama menjalankan perutusan di tengah masyarakat melalui kekuatan yang ditimba dari dan berpusat pada Ekaristi.
(richard)