Penonton Film Soegija memenuhi bioskop Ciputra World XXI pada hari Senin (11/6) |
Film
Soegija hingga berita ini ditulis pada tanggal 26 Juni 2012 masih ditayangkan
di beberapa bioskop Surabaya. Animo penonton sungguh luar biasa. Berdasar
pemantauan penulis pada pemutaran
perdana film tersebut tanggal 7 Juni 2012, tiket film Soegija di
bioskop-bioskop Surabaya sudah ludes terjual bahkan tiket telah terjual hingga
tanggal 16 Juni 2012.
Ketika diadakan acara press conference dan meet and greet
serta nonton bareng pemeran dan sutradara Film Soegija pada hari Senin pukul
15.30 WIB (11/6) di Ciputra World XXI, gedung bioskop Studio I dan IV Ciputra
World XXI tinggal menyisakan tiga deret bangku dari layar. Saat itu, Wakil Gubernur Propinsi Jawa Timur Syaifullah Yusuf ikut nonton Film Soegija.
Situs
filmindonesia.or.id mencatat perolehan jumlah penonton film Soegija hingga tanggal
26 Juni 2012 sebesar 370.873 orang. Sedangkan di situs Blitzmegaplex tercatat
film Soegija masuk dalam kategori film box office Indonesia dengan jumlah
penonton 19.022 orang.
Ternyata
sosok kepemimpinan Mgr Soegijapranata SJ yang ada dalam diri film Soegija
menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Indonesia. Film yang semula sempat
diguncang isu film kristenisasi ini bercerita tentang pluralisme, kepemimpin
dan situasi bangsa Indonesia saat ini.
Dalam
film ini bercerita tentang sosok kepemimpinan Soegija (Mgr Soegijapranata SJ)
dengan “silent diplomacy” serta prinsip kebangsaan dan kemanusiaan. Soegija
melakukan panduan nilai kepemimpinan lewat kunjungan warga, khotbah, dan
tulisan-tulisan, antara lain, “Apa artinya menjadi bangsa merdeka jika kita gagal
mendidik diri kita sendiri”.
Pesan
lainnya yang terdapat dalam film ini tentang kepemimpinan diserukan oleh
Soegija kepada Lantip (pejuang kemerdekaan dalam film Soegija), “Kalau mau jadi
politikus, harus punya mental politik, jika tidak punya maka politikus hanya
jadi kekuasaan dan benalu negara”.
Kepemimpinan
zaman sekarang hendaknya seperti kepemimpinan era kemerdekaan yakni
kepemimpinan berbagai agama dan kepercayaan. “Film ini sangat bagus dimana
sosok kepemimpinan Mgr Soegijapranata SJ mampu merangkul semua golongan, agama,
suku dan bangsa. Semangat pluralisme yang dijalankannya dalam melayani umatnya”
kata Romo Ignatius Suparno CM ketika ditemui seusai nonton film Soegija pada
hari Jumat (8/6/2012).
Lain lagi
dengan pendapat yang disampaikan oleh Tri Soetrisno. “Film ini dikemas secara
sederhana tapi pesan yang disampaikan bagus dimana kepemimpinan yang dilakukan
oleh Uskup itu mampu merangkul semua rakyat Indonesia bukan hanya umat Katolik
saja” ujar penonton dari Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya itu ketika
ditemui seusai nonton film Soegija hari Jumat (8/6/2012).
Kepemimpinan
dan nilai-nilai yang diyakini oleh Mgr Soegijapranata SJ ternyata sangat
relevan dengan kondisi sekarang meski dalam perspektif berbeda. Keprihatinannya
ditulis dengan kata-kata, “Masih banyak fatalsisme, egoisme, chauvinisme, dan
fanatisme yang menggangu kehidupan masyarakat” serta kegundahannya, “Apa
artinya menjadi merdeka tanpa bisa mendidik diri sendiri?”.
Press Conference Pemeran, sutradara, dan penata musik Film Soegija pada hari Senin (11/6) |
Ditemui
seusai acara press conference pada hari Senin (11/6/2012), Garin Nugroho
(sutradara film Soegija) mengatakan, film ini dibuat untuk menginspirasi
kepemimpinan lintas agama, multikultur, dan kemanusiaan. Nasionalisme yang
humanisme diambil untuk diceritakan dalam film ini karena ingin menyadarkan
pemimpin-pemimpin politikus, agama maupun pemimpin lainnya. “tak hanya
pemimpin-pemimpin itu saja, tapi juga kepada calon-calon pemimpin yang nantinya
akan memimpin bangsa Indonesia” imbuhnya. Sindiran-sindiran itulah yang perlu
disampaikan agar pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia di masa mendatang bisa
memimpin bangsa Indonesia dengan baik.
Berpendapat
mengenai film tersebut, Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf ketika
ditemui seusai nonton film Soegija hari Senin (11/6/2012) di Ciputra World XXI mengatakan,
film ini bagus karena menggambarkan banyak pesan yakni kemanusiaan, toleransi,
dan 100% Katolik 100% Indonesia. Dengan adanya film ini semoga lahir sosok
pemimpin-pemimpin yang multikultur dan kemanusiaan.
0 komentar:
Posting Komentar